[review] seli Aleoca 20″ codename “latte” :D


Aleoca 20″, buatan singapura rasa italia :mrgreen:

Semester akhir kuliah pun tiba, hari demi hari yang seharusnya diisi dengan fokus mengerjakan tugas akhir alias skripsweet malah dibonusi remidial 2 mata kuliah yang di tahun lalu kurang sip :mrgreen:. Efek dari cuma ambil 2 kuliah dan skripsi ini dampaknya memperpanjang masa hibernasi (baca : tidur) seorang mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang kuliah-pulang) seperti saya. Lha di semester-semester sebelumnya jarang banget bisa pulang ke rumah kurang dari jam 5 sore.

Efek negatif dari ketimpangan diatas langsung terasa jelas. Berat badan meroket naik dari angka “djarum” ke angka 79-80 kg -_-. Orang tua yang khawatir dengan kebiasaan buruk anaknya lantas membelikan seekor sebuah sepeda lipat (seli) di salah satu hypermarket di yogyakarta. Ini adalah kali kedua saya dibelikan sepeda baru setelah masa masuk smp. Sayang sepeda smp saya butuh belanja sparepart macem2 yang nantinya malah harganya melebihi harga sepeda baru. Alasan beli sepeda baru, harapannya :

1. Anaknya bisa bugar kembali, hemat ongkos senam gym

2. Bisa dipake siapa aja

3. Bisa dibawa kemana-mana :mrgreen:

Murmerjib :mrgreen:

Untungnya lagi ada promo yang cukup menarik saat itu, Hamdalah banget deh punya orang tua yang baik buaanget, kapan ya bisa balas budi -_- (ayo ndang lulus bero). Lanjuttt, langsung aja dah reviewnya seli merk Aleoca :

Pertama tama kita lihat speknya,

  1. Dengan harga promosi 699 ribu (harga normal 1299 ribu) cukup kompetitif dibanding dengan pesaingnya yang sama-sama berframe non-alloy (Hi-Tensile Steel) namun harganya rata-rata diatas 1 juta.
  2. 6 percepatan (cireng kalah T.T), dengan RD shimano tourney TZ 50, rival ada yang single speed (genio), ada yang multiple kaya aleoca. 
  3. Shifter shimano revoshift (nih shifter dari jaman smp dah ada :mrgreen:), agak rentan rusak dan kuno tapi work well dah. Smooth shifting. 
  4. Fork & rem depan belakang baik aleoca maupun rival sama sama dari alumunium, lumayan ngentengin lah
  5. Pada seli Aleoca sudah terpasang rack buat barang bawaan atau malah boncengan (not recommended for beruang kaya saya :mrgreen:), di rival kudu beli sendiri :mrgreen:
  6. Velg baik Aloeca  maupun rival sama sama berbahan alumunium dengan diameter 20″. tadinya mau beli yang 16″ karena lebih praktis, tapi ga cocok dengan bodi saya -_-

Klem sambungan rangka yang ditekuk2

mboh opo iki artine, yang jelas pake partnya shimano :mrgreen:

Untuk testride, kemaren pagi telah saya bawa keliling 1/4 yogya (Kotagede-jec-janti-ugm-tugu-malioboro-kotagede), hasilnya menggeh2 tiap 15 menit (padahal biasanya pake mtb jarang istirahat) -_-. wajar karena teorinya 3x gowesan di seli = 1x gowesan di mtb. Kayanya kudu upgrade crank yang sedengan biar ga terlalu cape, tapi tetep bisa dilipat sempurna. Tapi bisa juga karena belum biasa, gimana ntar aja dah yang penting dirutinin.

Untuk berat seli sendiri sekitar 12 kg (belum pernah nimbang), Dibandingkan dengan merk dahon maupun wim cycle pocket rocket yang berframe alumunium tentu lebih ringan dikayuh maupun diangkat. Tapi tetap bersyukur apa yang ada, yang penting semangat gowesnya. toh lama lama juga terbiasa :mrgreen:

Minusnya disini apa ya, yang baru saya rasakan handgrip karet kurang nyaman meskipun pake sarung tangan, sepertinya harus ditambahkan busa. Kemudian jok juga lumayan keras, bisa diganti juga pake yang versi gel/gelembung udara. selebihnya ajiiib dah.

Thats why it’s called a folding bike

Kesimpulannya, seli Aleoca ini worth to buy banget bagi yang ra urus dengan gengsi :mrgreen:, spek diatas rival tapi harga dibawah rival.

Terima kasih buat kedua orang tuaku 

#update

dibawa gowes dengan rute terbalik (kotagede-tugu-amplas-kotagede) jadi ga kerasa menggeh2 tiap 15 menit lagi. Rung kulino ternyata :mrgreen:. kebetulan lagi pengen foto2, yowis strobisan apa adanya di pinggir trotoar :mrgreen:

Iklan

40 thoughts on “[review] seli Aleoca 20″ codename “latte” :D

  1. woghhhh…ada bruang sirkus naek speda donk…sayang ga liat…
    *kaburrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr ngalay pake pzzo………………… :mrgreen:

    peace… 😆

    Suka

  2. walah……… Berat bahasane ki………. Hihihihihi
    aku wes ganti gear ngarep nganggo gear mtb lokal. Jumlah matane gear sing paling gede mung 48! Murah meriah mung 50rb!
    Lha nek ganti sing matane 52 larang tenan je…….. Aku tekok nang toko paling murah 220rb!
    Niat ganti gear mburi sing 9speed sing moto paling cilik 11moto yen full sing dodol njaluk 1.2jt! Dadi mung iso gedek gedek wae! Mosok rego sepedane karo le modif larangan modipe…….
    Ck….ck…….ck……..

    Suka

  3. hehehehe, nek nganggo shimano ndak saingan karo tukang mancing mas bro!
    Sementara cukup modip crank lokal wae!
    Selanjute modif dengkul disik! Heheheehhe

    Suka

  4. Ping balik: Bawa seli naik transjogja? hayuuk :D « Aluvimoto

  5. Ping balik: Strava, aplikasi android paling mantap bagi goweser « Aluvimoto

  6. Ping balik: DOHC 6 Speed? Bukan, Ini Cukup 6 Speed Saja « kilaubiru™

  7. Ping balik: [Review] Kualitas gambar & video SJCAM SJ400 WIFI | Aluvimoto

  8. 9 tahun kemudian di thn 2021 saya baru beli sepeda ini. Sama persis warna nya pun. Harga beli bekas kemarin cuma beda 100rb dari harga mas beli alias 600rb. Kondisi ori dan lengkap seperti baru keluar dari carrefour dengan sedikit karat disana sini tapi overall mulus. Hanya reflektor merah yg dibelakang sudah tidak ada.

    Email saya dong mas. Mau tanya2 nih

    Trims ya

    Suka

  9. Mas ini saya kan awam sepeda ya. Ukuran chainring/crankset asli nya si aleoca pratiche ini brp T ya? 48T kah? Karena saya rencana mau ganti ke 52T

    Btw sepeda aleoca nya masih ada? Kalau masih mau lihat penampakan nya skrg kaya apa?

    Terima kasih.

    Suka

Menurut anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.