Sabtu pagi tepat pukul 04.00 WIB di hari kemerdekaan RI ke 68, saya bergegas menuju kaliurang guna mendapatkan spot dan timing yang tepat sebelum sunrise saat mengabadikan gunung Merapi. Bukan tanpa alasan pergi ke utara sejauh 33.4 km dari rumah, sudah 2 tahun ini saya tidak punya stock foto-foto mengenai Merapi dan kehidupan pascaerupsi, dan kebetulan ada lomba blog Jelajah 7 Keajaiban Nusantara, jadi sekalian aja buat dokumentasinya di artikel ini. Maklum saja kesibukan saya sebagai pedagang (dan juga mahasiswa yang akan lulus :lol:), cukup menyita waktu saya hingga jarang bepergian jauh. Dengan modal doa, niat, peralatan kamera, dan sedikit uang saku, saya pun menembus dinginnya subuh jogja menuju utara ditemani sahabat perjalanan saya, cireng. Sebenernya mau pake si terry (terios keluarga saya) buat angkut2 peralatan kamera & strobist saya kan lumayan (mana bensin sisa dari perjalanan balik kemaren masih banyak, hehe) , tapi karena baru saja dipakai buat mudik ke bandung dan belum sempat service ringan dan cuci mobil, gajadi deh.
Destinasi pertama : Finding shooting spot
Seharusnya yang namanya destinasi, harus sudah jelas tempatnya. Akan tetapi beda dengan saya yang sengaja cari2 tempat yang diluar kebiasaan orang memotret gunung. Oleh karenanya sengaja saya berangkat lebih pagi agar bisa mencari spot yang ideal untuk memotret gunung Merapi. Setelah sampai di daerah pakem saya lantas menuju ke barat arah desa garongan, Nah disinilah petualangan dimulai soalnya saya baru pertama kali berkendara ke desa tersebut. Berhenti sejenak di minimarket, iseng browsing desa garongan dan ngecek rute via google navigation. Ternyata ga begitu jauh dari tempat saya berhenti, langsung aja saya mengikuti rute sesuai gps. Cukup akurat sih, tapi ………………. Ternyata untuk menempuh titik tujuan yang saya maksud harus memasuki jalan setapak di perkebunan salak, pinggiran kali, hingga yang paling parah di jalan kecil yang rusak, menanjak, dan sepi dari perkampungan penduduk, Jangankan kampung, lampu penerangan jalan saja tidak ada.
Dengan sisa waktu kurang lebih 1 jam dari waktu terbit matahari (05.44 WIB), saya putuskan untuk mengubah arah dari yang semula ke utara saya langsung berpindah haluan ke timur. Entah posisi saya dimana saat itu, begitu bertemu warga setempat yang baru pulang dari masjid, saya langsung menanyakan arah ke kaliurang dengan basa jawa krama halus saya yang pas-pasan,
A : Kula nuwun pak, badhe teng kaliurang teng pundi nggih? (Permisi pak, kalau ke arah kaliurang kemana ya?)
B : Badhe teng kaliurang to mas, niki bablas mawon mangke wonten bunderan tetep bablas, mangke ketemu jembatan gedhi. riku mau saged teng kaliurang (Mau ke kaliurang ya mas? dari sini lurus saja, nanti kalau ada bunderan tetep lurus saja sampai ketemu jembatan gede. Jembatan tadi bisa ke kaliurang)
A : Matur nuwun pak, pareng (Terima kasih pak, permisi)
Berbekal info dari bapak tadi, sayapun melanjutkan perjalanan ke timur untuk menemukan jembatan besar. Jalan yang saya lalui sebetulnya cukup untuk dilintasi 1 mobil, hanya saja jalannya campuran berpasir campur tanah dan berlubang. Masuk ke kategori Light offroad kali ya, kalo mobilnya Terios aja ga masalah melewati rute seperti ini, terlebih dengan keluarga sendiri dan punya jiwa petualang makin seru petualangan bareng keluarga.
Ga sia-sia mruput buat ambil foto
Tidak terasa waktu 40 menit telah saya habiskan diatas motor untuk mencari jembatan yang dimaksud, dan ternyata bener bener gede. Dilihat dari plang peresmiannya namanya jembatan boyong (yang secara tidak langsung nama kalinya adalah kali boyong ). Berhubung waktu mepet, langsung saja saya mulai mempersiapkan kamera dan tripod. Sayang sekali merapi hanya menunjukkan tubuhnya sebagian saja karena tertutup kabut. Menggunakan AV mode, saya gunakan aperture paling kecil serta iso rendah, sehingga diperoleh speed 22 detik.
Agar lebih steady saat shooting, lantas saya atur self timernya 2 detik sebelum mulai merekam. Saya pun mulai mengambil gambar sang Merapi tepat pukul 05.40 WIB. 4 kali take baru dapat 1 gambar yang bisa memuaskan. Dan sekali lagi, tepat saat matahari terbit Merapi ditutup kabut tebal yang sepertinya akan berlanjut hingga siang hari. Agak kecewa sih, tapi mau bagaimana lagi, Sesaat terlintas ucapan mbah Rono (Bapak Surono) yang terhitung sejak 1 Agustus 2013 lalu sudah tidak lagi aktif menjabat Kepala Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi .
Jangan jadikan Merapi sebagai Musuhmu, tapi jadikanlah sahabatmu
Destinasi kedua : Kinahrejo, Desa sang juru kunci Merapi
Perjalananpun berlanjut, kini saya dan cireng menuju desa Kinahrejo, tempat dimana mbah Maridjan tinggal dan meninggal saat detik detik erupsi merapi datang 26 oktober lalu. Untuk menuju kesana, kendaraan harus siap dipacu di gigi rendah guna mendapatkan torsi yang cukup untuk melahap tanjakan yang lumayan. Kebetulan saya bersama keluarga pernah ke tempat yang sama menggunakan terios, cukup dengan gigi 2 dan 3 sudah sangat cukup untuk mengantarkan kami ke Kinahrejo. Saat tiba di gapura masuk desa Kinahrejo, saya heran karena hanya ada beberapa orang saja yang ada disana, dan tidak dicegat petugas di desa tersebut untuk parkir di areal parkir seperti biasanya. Mungkin masih terlalu pagi kali ya. hehe :D. Langsung saja saya ke atas ke kediaman Mas Penewu Surakso Hargo atau yang dikenal dengan nama mbah Maridjan. (Biasanya sih dari gerbang disuruh jalan kaki +- 1 Km atau sewa ojek 20 ribu, atau sewa trail 50 ribu per jam)
Gapura desa kinahrejo
+- 1km sebelah utara dari gapura tadi, masuk ke arah timur sesuai papan penunjuk jalan
Papan informasi peristiwa erupsi Merapi
Setibanya di pelataran kampung mbah Maridjan pukul 06.50 WIB, saya lebih kaget lagi. Di tempat ini hanya saya saja yang ada disana. Sisa-sisa erupsi merapi masih bisa terlihat jelas disini, mulai dari tanahnya yang berpasir serta berkerikil, banyaknya peninggalan sengaja dipugar untuk melindungi barang-barang yang terkena awan panas/wedhus gembel, dan yang tidak kalah penting papan informasi dan penunjuk arah kapan waktu persisnya erupsi gunung merapi terjadi. Tidak heran bahwa kini desa kinahrejo sering disebut desa wisata erupsi merapi dan termasuk 7 Wondersnya Indonesia. Okedeh, langsung saya keluarkan kamera saya dan mulai memfoto apa saja yang ada disini
Mobil berplat AB 1053 DB ini sejatinya digunakan untuk mengevakuasi Mbah Maridjan
Serem banget kalo ngebayangin panasnya “Wedhus gembel”
“Rumahku tinggal kenangan”
Di tempat inilah, mbah Maridjan ditemukan bersujud di kamar mandi rumahnya
Ups ada cireng mejeng
Tentu tempat ini sangatlah direkomendasikan untuk dijadikan tempat wisata saat liburan tiba. Selain menjadi tempat bersejarah yang bisa diangkat menjadi 7 wondersnya nusantara, kita yang mengunjungi tempat ini akan benar benar kagum atas sosok mbah Maridjan yang dengan patuh mengabdi kepada atasannya (Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat) untuk tetap bersikukuh memegang apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai juru kunci Merapi. Melalui desa ini juga kita dapat belajar bagaimana mensyukuri nikmatnya hidup, dan menjalankan kehidupan baru dari nol. Mulai dari berdagang, menyewakan kendaraan baik motor trail maupun jeep, hingga yang lagi naik daun sekarang mencanangkan Lava/Volcano Tour. Semua ini dilakukan untuk menciptakan perekonomian yang baik sehingga warga yang tadinya tidak memiliki harapan, kini mempunyai harapan bahkan ambisi untuk menjadikan kampungnya sebagai desa agro wisata erupsi Merapi.
Saat saya akan pulang ternyata ada pemilik bilik yang berjualan souvenir khas merapi seperti kaos, gantungan kunci, foto-foto, dll yang datang untuk mempersiapkan dagangannya. Dengan minta izin sebelumnya saya sempatkan memfoto barang dagangannya, sayang ibu yang berjualan enggan difoto karena malu katanya, hehe. Lantas saya pun menuju ke bawah untuk membeli oleh2 khas kaliurang, jadah Tempe. Ditengah jalan, saya sempatkan untuk memfoto jeep dan trail di dekat gapura desa yang saat tiba tadi masih belum ada orang
Souvenir mengenai merapi
Dengan jeep ini, adrenalin anda ditantang untuk melahap rute2 ekstrim atau biasa
Pake trail juga ga kalah seru lho, cocok buat petualang
Destinasi ketiga : Warung jualan jadah tempe, kaliurang
Sayang dong jauh jauh kesini ga bawa buah tangan buat yang ada di rumah, yaudah langsung aja nyari jadah tempe yang menjadi makanan khas kaliurang. Sayang belum ada warung atau orang yang berjualan (padahal sudah jam 08:00 WIB), oleh karena itu saya kemudian ke utara lagi ke arah kaliurang untuk membeli jadah tempe. Kenapa ke kaliurang? karena saya sudah lama berlangganan beli jadah tempe di tempat tersebut, dan selalu buka pagi, hehe. Barangkali ada yang belum tahu jadah? Jadah itu beras ketan yang direbus kemudian dikepal kepal kecil, kalo orang jawa barat sih disebut ulen. Paling enak disantap hangat2 ditemani tempe atau tahu bacem maupun wajik, dan juga segelas teh hangat. nyumm…
Ga perlu takut harganya mahal, di Jogja apasih yang mahal? Ga ada
Tahu Bacem, jodohnya jadah 🙄
Tempe Bacem, jodohnya jadah juga 😆
Wajik, nyumm..
Pisangnya gede gede 🙄
Jogja mahal? Ga adaaaa 😆
Foto-foto sudah, oleh-oleh sudah, lanjut kita pulang ke rumah. Ga terasa sudah 5 jam lebih saya jalan jalan dengan sahabat saya, cireng. Puas? pasti, itung itung refreshing sebelum ujian hehe
Artikel ini diikutkan dalam lomba blog ” Jelajah 7 Keajaiban Nusantara“, dukung saya ya via doa
keren banget tulisannya, jadi pengin ikutan ke Kinahrejo nih
SukaSuka
Makasih :), kapan2 kalo ke jogja siap deh jadi gaet dadakan
SukaSuka
blusukan bareng yuk mas :v
hardtop tapi nggak ada atapnya :v
SukaSuka
itu lombanya dimana? pengen nyoba kalo menarik 😛
SukaSuka
di klik aja gambar teriosnya
SukaSuka
kowe le bayari
SukaSuka
semoga menag 😀
SukaSuka
ditunggu ceritane kang heri
SukaSuka
kelingan dasyate merapi waktu erupsi
SukaSuka
hooh 😦
SukaSuka
Semoga menang,hahaha..wes tau keblasuk ning turgo durung om?
SukaSuka
durung, kapok keblasuk esuk2. serem -_-
SukaSuka
semoga menang 🙂
SukaSuka
woooooooooow om suyut eh om bishop sampe sini juga 😀
sukses juga om
ngiler backpacknya 😀
SukaSuka
Bagus ulasannya 🙂
Salam kompetisi, lihat juga ulasan saya tentang pulau komodo :
http://andre-freelife.blogspot.com/2013/07/komodo.html
SukaSuka
memang lek, iso nggo ytuku go pro
arep melu lah gak ndue mobil 😀
SukaSuka
amin 😆
SukaSuka
horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
SukaSuka
ketokke mbiyen banget we tau maca nnggone sapa ya
SukaSuka
nggonku
SukaSuka
wahhh mas melok!! aku pengen ke merapi tapi belum kesampaian ki… 😀
SukaSuka
mrene wae tak terke wis
SukaSuka
hehehe mantep! 😀
SukaSuka