Ciyee yang nungguin tanggal 22. Mau nunggu THRan, lamaran, atau nunggu hasil real count dari KPU nih 🙄 ? Sebagai warga negara yang baik tentu saya ikut berpartisipasi meramaikan ramainya pesta demokrasi yang hanya diikuti 2 pasangan saja di tahun 2014 ini. Saking antusias dan mahalnya suara saya, bela belain deh balik ke jogja hanya untuk nyoblos (bukan contreng seperti 2009 lalu ).

beda quick count dan exit poll
Sesaat setelah nyoblos, di berbagai media online maupun televisi banyak nih yang menampilkan hasil quick count (QC). Dari kata katanya aja sudah bisa diartikan sebagai penghitungan cepat suara yang masuk. Nah di beberapa stasiun televisi bahkan tidak hanya quick count yang digunakan, namun exit poll juga turut digunakan. Kedua cara ini bertolak belakang. Quick Count digunakan untuk merekam fakta berupa data dari sampel acak terpilih (dalam hal ini TPS secara acak), sedangkan exit poll digunakan untuk menilai opini publik dari sampel acak (dalam hal ini pemilih secara acak). Intinya Quick Count kuantitatif, Exit Poll kualitatif.
Balik lagi ke QC. Sama halnya dengan penelitian ilmiah lain, untuk memperoleh hasil yang akurat diperlukan setidaknya 3 hal yang perlu diperhatikan.
- Netralitas
- Sampel data yang diambil
- Cara pengambilan data (Metodologi)
Netralitas itu penting sekali, makanya lembaga yang melakukan QC ini haruslah memiliki kredibilitas/nama. Ibaratnya seperti saat akan membeli air minum dalam kemasan, tentu yang bermerk yang akan dipilih daripada yang tidak bermerk. Mengapa? Kembali lagi ke kredibilitas, bisa dipercaya tidak nama perusahaan/lembaga ini.

Kandidatnya hanya 2 pasang, tapi ramenya luar biasa
Mengapa yang melakukan QC ini berbentuk lembaga bukan perusahaan? Jelas sekali karena perUSAHAan tujuan utamanya mencari keuntungan. Usaha apa sih yang ga ngarep untung 😆 . Lembaga yang melakukan QC ini haruslah nonprofit dan standalone alias tidak memihak siapapun
Sampel data dan cara pengambilan data pun menjadi hal yang penting, dari sinilah output penelitian bisa diperoleh. Seperti halnya komputer, QC ini hanyalah tools. Garbage in garbage out juga berlaku. Data berupa sampah ya outputnya juga berupa sampah, Begitupun dengan metodologinya. Metodologi kurang tepat untuk menangani data yang ada hasilnya ya jauh dari harapan.
Untuk memperolah data yang benar2 mempresentasikan keadaan maka perlu seleksi ketat terhadap pemilihan sampel yang digunakan. Pada intinya ya hanya random sampling namun dibuat lebih ketat. Maka jangan heran bila tiap lembaga survey menggunakan metodologi yang berbeda beda, karena ada banyak metodologinya seperti stratified random sampling, Cluster sampling, dll.
Berhubung saya hanya sedikit mengerti ilmu statistika (karena di bangku kuliah hanya mengenal Statistik dasar 2 SKS dan Statistik Industri 2 SKS 😆 ), kayanya lebih cocok bila teman teman dari matematika/statistika untuk berbicara lebih lanjut. hehe 😆

Saking ramenya, Persepi bakal audit lembaga survey
Yakin deh bakalan banyak yang ga rela jagoannya kalah tanggal 22 besok, kita liat geguyon apa saja yang bakalan nongol di situs situs keparat seperti voa-islam.com 😆
Dosa
SukaSuka
woh malah dijawab 😆
SukaSuka
radong statistik.. 2 sks nilai c.. diremidi tetep c.. semprul kok.. buahahaha.. wis nunggu kpu wae aku..
SukaSuka
njijiki bud, statistik gur C
aku yo hooh ding, tur sing industri A 😆
SukaSuka
Ping balik: Anda suka share berita dari VOA-ISLAM, SUARANEWS, PKSblablabla, JONRU, dsb? Anda kurang vitamin D :v | Aluvimoto
Ping balik: Whoohoo Indonesia punya Presiden Baru :3 | Aluvimoto