[Merantau ke Bandung?] Angkot vs Motor . . .


Hampir sebulan berarti saya menjadi “imigran” di bandung. Ngapain? Nyari kerjaan. Meskipun ada yang bilang mendingan buat lapangan kerja daripada susah susah nyari kerja yang probabilitasnya makin kecil, tapi setidaknya boleh lah ngumpulin pengalaman jadi job seeker. Sampai kapan? Sampai dapat kerjaan :mrgreen:

difoto di dalam angkot cicaheum-ledeng

difoto di dalam angkot cicaheum-ledeng

Bila bulan lalu mencicipi job seeker  di ibukota, bulan ini mencoba kesempatan di kota kembang angkot :mrgreen: . Berbekal cireng, surat surat sakti, dan juga pakaian formal langsung dah bawa motor sendiri dari jogja ke bandung (begitupun sebaliknya saat pulang). Turut berpartisipasi dalam kemacetan? Jelas, tapi mau gimana lagi. Menggunakan angkot yang sedemikian banyak bukan pilihan yang menguntungkan bagi saya pribadi. Jarak 10km saja harus ditempuh +- 2 jam, bandingkan dengan kendaraan sendiri hanya 30-45 menit dengan kecepatan santai (50-60 kmpj).

Bicara motor di bandung mah, juara. Juara ga sabarannya! Sudah diberi area khusus untuk menunggu, berwarna merah di belakang garis & zebra cross. Masih aja diterobos. Memang dasarnya manusia suka bergerombol, Tau itu perbuatan salah tetep aja dilanggar 😆 . Di pikirannya mungkin bilang “itu di depan aja ga apa2, paling juga ga apa2 kalo ngikutin”.

Segitu dulu dah, besok disambung lagi cerita merantau di bandungnya :mrgreen:

6 thoughts on “[Merantau ke Bandung?] Angkot vs Motor . . .

Menurut anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.