Agak mrenges juga liat komik juki dengan tema dibawah ini. Masih ada anggapan memotret dengan mode auto di kamera DSLR maupun turunannya (yang memiliki dial P-A-S-M) sama saja dengan cupu alias amatir alias newbie. Weitss jangan salah, om Darwis Stiadi maupun om Arbain Rambey pun lebih sering menggunakan mode ini daripada P-S-A-M.

Credit to si juki
Saat saya menghadiri di seminar kedua fotografer senior tersebut, sering sekali pertanyaan tentang “haram”kah seorang fotografer amatir maupun profesional menggunakan mode auto? Jawaban kedua senior tersebut intinya sama :
Lebih baik dapet foto, atau tidak sama sekali?
Jawabannya simpel tapi ngena juga kan? 🙄 Daripada berkutat dengan setingan kamera (segitiga exposure) dan melewatkan momen sehingga ga dapet foto, ya anda termasuk orang yang rugi. Banyak momen momen ajaib yang bisa datang kapan saja dan unrepeatable alias ga bakal terulang lagi.
Tapi bila memang serius dalam dunia fotografi, jangan sampai kamera anda malah memusingkan anda. Come on, it just a tools yang mana harusnya memudahkan hidup anda. Jangan sampai mikirin shutter count selama anda memotret, karena secara ga langsung membatasi kreativitas yang ada di diri anda 🙄
Bakal kerasa banget mode auto ini saat bermain strobist dengan multiple lightsource (speedlight, cahaya matahari, dll). Di Nikon ada tuh yang namanya Nikon Creative Lighting System (CLS). Fungsinya? Ga perlu ngatur speedlight satu satu, semuanya terintegrasi dengan metering kamera. Kalau pengen ngatur speedlight, langsung dari kamera saja. Ga perlu mondar mandir, dan ga perlu asisten juga deh. Bisa bayangin ribetnya pake 4 flash? Yah begitulah…….. yang penting motret
😀
http://78deka.com/2014/08/26/gagal-sudah-motor-ktm-ganteng-ini-beredar-dengan-harga-miring-gara-gara-bai-tutup/
SukaSuka
nah ini… banyak yg bilang pake dslr mode auto ya mending kamera pocket ckckckc…
SukaSuka
jan jan e to.. pake auto itu nggak masalah.. nah, posisi ngambil foto dan foto apa yang diambil yang membedakannya.. nutupin angle banyak orang, eh obyek yang difoto cuma apanya tok yang hasilnya amburadul.. duhdek.. 😆
SukaSuka
aku pake auto wong ndadak :v
SukaSuka
Cupu lah…#kaburrrr
SukaSuka
Komiknya gak salah tuh?? Motret pakai auto fokus diprotes?? Yang pernah pegang kamera SLR (analog) dan digital, pasti tahu kalau DSLR viewfindernya rata2 lebih kecil dari SLR. Tambahan lagi focusing screen DSLR bukan tipe split screen seperti SLR, sehingga SANGAT sulit untuk digunakan secara manual fokus (lawannya auto fokus). Apalagi memakai lensa dengan bukaan besar, selamat mencoba manual fokus deh. Kalau untuk pemotretan still life (benda mati) yang memiliki keleluasaan waktu dan momen sih gak masalah pakai manual fokus, walaupun juga sama sekali tidak diperlukan. Toh kalau fokusnya meleset, tinggal diulang lagi dengan setting objek yang sama persis. Memotret outdoor yang scenery dan momennya dinamis dengan DSLR, dengan manual fokus? Sekali lagi, selamat mencoba deh….
SukaSuka
Baruch inget. Ternyata agan creatip Yang ngomen xixixi
SukaSuka
Tambahan lagi, CLS system (di Canon juga ada, tentu namanya bukan CLS) tidak ada hubungannya dengan mode memotret di kamera. Mau pakai auto ataupun manual, tetap bisa pakai CLS.
Kalau dalam konteks pengaturan power speedlight terintegrasi dengan metering kamera, maka hubungannya adalah dengan mode si flash itu sendiri, apakah full auto (i-TTL di Nikon, E-TTL di Canon), atau manual power setting.
Kalau dalam konteks bisa mengatur speedlight lain yang letaknya tidak di dekat fotografer (tidak mondar-mandir), tidak perlu mode TTL di flash. Mode manual power setting juga bisa. Asalkan speedlight2 yang letaknya jauh (slave) kompatibel dengan speedlight utama (master) yang terpasang di kamera.
SukaSuka
agreed. Makasih masukannya mas 🙂
SukaSuka