Aluvimoto.com . Awal tahun ini banyak kejutan terjadi, khususnya di industri otomotif Indonesia. Mulai dari hengkangnya Ford Motor Indonesia, Keagenan Mabua Indonesia sebagai agen tunggal pemegang merk (ATPM) Harley Davidson, hingga yang terbaru pengurangan jumlah tenaga kerja duo raja Industri Sepeda motor Indonesia yakni Astra Honda Motor dan Yamaha Motor Indonesia.

padahal mobil-mobil ford punya good value dibanding saingannya

Well, bila ditilik lebih jauh alasan dari “tren” tersebut ga lain adalah karena alasan EFISIENSI. Yak, efisiensi yang bukan bus trayek jogja-purwokerto PP 😆 . Kalo menurut mbah oxford, makna dari eficient adalah :

(of a system or machine) achieving maximum productivity with minimum wasted effort or expense 🙄 . Gampangnya ya pake prinsip dagang, biaya minim hasil maximal

Pasar otomotif di indonesia sangatlah subuur, belom lagi ditambah gaya hidup sebagian masyarakatnya yang konsumtif, cocok deh. Buktinya tiap hari ngerasa ga sih banyak mobil ataupun motor baru sliweran, bahkan sampe belom dijualpun udah ada yang punya 😆

customer statement ford motor indonesia

Bila Ford Motor Indonesia menjalankan bisnisnya secara remote dari Thailand, saya rasa itu langkah yang tepat. Why? Murah, ga perlu ngurusin demo buruh tiap bulan, effortless. Saya terus terang kagum dengan bagaimana cara Ford Motor Indonesia menjalankan bisnisnya secara remote ini ke depannya .

Harley Davidson XG500 ini bakalan laris lho kalo pajaknya ga tinggi! 270jeti cuy

Bagaimana dengan Mabua Indonesia? Saya rasa juga langkah yang tepat meskipur pasarnya terbuka. Banyak lho orang yang kepengen punya moge street legal (termasuk saya 🙄 ). Dengan masuknya Honda dan Yamaha di Pasar moge, tentunya bakalan memicu calon konsumen baru karena sebagian besar pemilik moge itu bosenan, pengen mainan baru. Tanya mbah satar kalo ga percaya 😆Nah kalo terkait PHK AHM dan YMI, kembali lagi ke efisiensi. Di jepang sono ada yang namanya konsep lean production (manufacturing) house. Pokoke intine ngirit sak ngirite, mbati sak mbatine . Katakanlah penjualan maupun produktifitas tetap, namun jika biaya produksinya bisa ditekan otomatis margin alias mbatinya tadi lebih besar. Jadi pengen kuliah lagi T.T

So, apa yang harusnya pemerintah Indonesia lakukan? Saya rasa lebih baik mengubah kebijakan yang ada atau malah membuat kebijakan baru agar para pemain di pasar otomotif indonesia ini tidak pada kabur 😆 . Terlebih iklim investasi di indonesia agak lesu dibanding 2 tahun terakhir. Dengan tetap staynya para pelaku  di bisnis ini, otomatis pendapatan pajak juga dapat diperoleh. Mo bangun jalan layang, kereta cepat, dll kan jadi mudah 😆