Hampir 4 tahun sudah bergelut dengan yang namanya fotografi, hobby yang pada awalnya saya kira hanya semudah menekan shutter, ternyata butuh imajinasi dan latihan ekstra. Memang sih sejak dari kecil gemar yang namanya motret, diawali dari hadiah sunat berupa kamera poket fujifilm Q-cam yang dahulu seharga 100 ribu all in (kamera + film asa 200 + pouch “eksclusive” + bungkusnya :mrgreen:). Yang namanya anak kecil mana tau komposisi, lighting, dll, taunya cuma nginceng (ngintip jendela viewfinder) dan jepret
Seiring dengan perubahan era dari film ke digital, akhirnya di tahun 2000, bapak saya membeli kamera poket digital pertama Olympus Mju 300 yang harus saya akui keandalannya dalam menerobos segala cuaca & kualitas gambarnya luar biasa. Sejak saat itu kamera ini sering digunakan oleh keluarga saya, termasuk saya kemana mana. hingga akhirnya di awal tahun 2009 kamera ini terkena masalah baterai & chargernya (ga mau hidup) dan terpaksa harus membeli kamera point & shoot digital lagi yang baru. Akhirnya diboyonglah Samsung ES 10 untuk mengakomodir keperluan dokumentasi keluarga. Lumayan lah, dengan harga kurang dari 1 juta saat itu bisa dapet kamera poket XLangkah Lebih Maju dengan fitur yang melimpah. Salah satu favorit saya adalah fitur beauty shotnya dimana foto yang diambil secara otomatis diedit oleh kamera sehingga wajah yang semula kusam menjadi bening :mrgreen:.
My first digital camera & Single Reflect Lens camera 🙂